Surplus perdagangan Jepang pada bulan Juni menyusut 30,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 153,1 miliar yen (sekitar 1 miliar dolar AS), setelah ekspor mobil dan produk lainnya ke Amerika Serikat anjlok akibat tarif yang lebih tinggi, menurut data pemerintah yang dirilis pada Kamis.
Secara keseluruhan, ekspor turun 0,5 persen menjadi 9,16 triliun yen. Penurunan ini dipicu oleh penurunan 11,4 persen dalam pengiriman ke AS menjadi 1,71 triliun yen, mencatat penurunan selama tiga bulan berturut-turut sejak Washington memberlakukan tarif 25 persen atas kendaraan impor pada bulan April.
Sementara itu, impor naik tipis sebesar 0,2 persen menjadi 9,01 triliun yen, didorong oleh produk farmasi dari Irlandia dan ponsel dari Tiongkok, demikian menurut laporan awal Kementerian Keuangan Jepang. Neraca perdagangan Jepang kembali mencatat surplus untuk pertama kalinya dalam tiga bulan.
Surplus perdagangan Jepang dengan Amerika Serikat merosot 22,9 persen menjadi 669,3 miliar yen, menurun untuk bulan kedua berturut-turut. Impor dari AS turun 2,0 persen menjadi 1,04 triliun yen.
Meskipun nilai ekspor kendaraan ke pasar AS anjlok 26,7 persen, volumenya justru naik 3,4 persen.
“Produsen Jepang masih menanggung beban biaya tarif, bukan membebankannya kepada konsumen,” ujar Koki Akimoto, ekonom dari Daiwa Institute of Research.
Namun, tren ini diperkirakan akan berubah karena beberapa produsen mobil Jepang besar telah mengumumkan rencana untuk menaikkan harga jual. “Jika benar demikian, daya saing harga produk Jepang di pasar AS akan menurun, dan dampak tarif akan semakin terasa dalam perekonomian Jepang secara keseluruhan,” tambah Akimoto.
Di antara produk lain yang terdampak tarif, ekspor suku cadang mobil ke AS turun 15,5 persen, dan ekspor baja anjlok 28,5 persen, menurut data kementerian.
Jepang masih mencatat defisit perdagangan dengan Tiongkok selama 51 bulan berturut-turut, dengan nilai defisit sebesar 516,7 miliar yen, naik 53,7 persen dibanding tahun sebelumnya.
Surplus perdagangan Jepang dengan negara-negara Asia lainnya (termasuk Tiongkok) turun 19,1 persen menjadi 450,9 miliar yen.
Defisit perdagangan dengan Uni Eropa mencapai 303,2 miliar yen, tetap mencatat merah selama 17 bulan berturut-turut.
Secara keseluruhan selama enam bulan pertama tahun 2025, Jepang mencatat defisit perdagangan sebesar 2,22 triliun yen, turun 34,2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Ekspor naik 3,6 persen menjadi 53,36 triliun yen, sementara impor naik 1,3 persen menjadi 55,58 triliun yen sepanjang Januari hingga Juni.
Sc : KN







