Bank of Japan (BoJ) dengan kebijakan suku bunga yang ketat telah mendorong penguatan signifikan Yen Jepang (JPY) terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Data TradingEconomics per 7 Februari 2025 menunjukkan JPY menguat sekitar 2,39% dalam sepekan terakhir, menjadikannya yang terkuat di antara mata uang Asia.
Sementara itu, mata uang lain di Asia mencatat kenaikan tipis, antara lain Ringgit Malaysia (0,33%), Dolar Singapura (0,17%), Won Korea (0,18%), Chinese Yuan (0,25%), dan Rupiah Indonesia (0,36%). Menurut Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana, pergerakan ini dipengaruhi oleh kebijakan moneter masing-masing negara. Kebijakan hawkish BoJ, yang baru-baru ini menaikkan suku bunga dari 0,25% menjadi 0,5% pada 24 Januari 2025, mendorong penguatan JPY.
Fikri juga memprediksi bahwa BoJ kemungkinan akan mengerek suku bunga satu atau dua kali lagi pada tahun 2025, mengingat tekanan inflasi dan kekurangan tenaga kerja. Dengan demikian, JPY diperkirakan akan menguat lebih lanjut hingga mencapai level 144-146 per dolar AS.
Di sisi lain, negara-negara Asia yang menerapkan kebijakan dovish menunjukkan penguatan yang lebih moderat. Selain itu, Fikri menyebut bahwa mata uang Sri Lanka, Pakistan, dan India berpotensi menguat seiring dengan pemulihan ekonomi mereka. Sementara itu, Chinese Yuan diharapkan tetap stabil untuk mendukung ambisinya sebagai mata uang pilihan BRICS, dan Rupiah Indonesia diperkirakan akan stabil di kisaran Rp16.250 – Rp16.350 per dolar AS, didukung oleh penurunan risiko tarif dan masuknya aliran modal asing.
Selain itu, kebijakan pelonggaran oleh Federal Reserve AS dan penundaan tarif impor turut memberikan dampak positif pada nilai tukar mata uang Asia yang terdampak perang dagang.
Sc : kontan