Menu

Dark Mode
Manga “Atarashii Kimi e” Resmi Terbit di Indonesia dengan Judul “Untuk Dirimu yang Baru” Warga Kitakyushu Demo Lawan Isu Sentimen Negatif tentang Warga Asing di Jepang KBRI Bantah Isu Viral Masuknya Pekerja Indonesia ke Jepang Akan Dihentikan pada 2026 Isu Warga Asing dan Bantuan Sosial Jadi Sorotan Jelang Pemilu Jepang Game Mobile Fire Force Akan Tamat pada Agustus, Refund Adolla Gems Dibuka Tips Jitu Dapet Kursi Favorit Saat Booking Pesawat ke Jepang ✈️

News

Budaya Kasih Coklat ke Rekan Kerja di hari Valentine di Jepang Mulai Pudar, Hanya 10% yang Masih Melakukannya

badge-check


					Budaya Kasih Coklat ke Rekan Kerja  di hari Valentine di Jepang Mulai Pudar, Hanya 10% yang Masih Melakukannya Perbesar

Sebuah survei mengungkapkan bahwa budaya “giri choco” (cokelat wajib) di tempat kerja di Jepang mulai menghilang, dengan hanya sekitar 10% orang yang masih memberikan cokelat kepada rekan kerja dan rekan bisnis pada Hari Valentine. Survei ini dilakukan oleh Nippon Life Insurance Co. pada Januari terhadap sekitar 10.000 orang.

Penerima hadiah cokelat yang paling umum adalah “pasangan” dengan 64,3%, diikuti oleh “anak-anak” dengan 28,0%, angka yang serupa dengan tahun-tahun sebelumnya. Di posisi ketiga, “orang tua” dan “rekan kerja” sama-sama mendapat 12,5%. Namun, angka untuk rekan kerja terus menurun, turun lebih dari 10 poin persentase dari 23,7% pada 2020, Hari Valentine terakhir sebelum pandemi COVID-19.

Bagaimana konsumen memandang pemberian cokelat wajib? Ketika ditanya tentang kebiasaan memberi hadiah kepada rekan kerja dan kenalan bisnis, 70,8% wanita dan 73,6% pria menjawab bahwa hal itu “tidak perlu.”

Naoko Kuga, peneliti senior di NLI Research Institute, menyatakan, “Hadiah untuk orang di tempat kerja semakin berkurang, terutama tahun ini.” Ia mengaitkan tren ini dengan kebiasaan lain yang juga menurun, seperti mengirim kartu ucapan Tahun Baru atau memberikan hadiah seremonial seperti “oseibo” (hadiah akhir tahun), serta dampak kenaikan harga. Kuga juga mencatat adanya “kecenderungan yang lebih kuat untuk memprioritaskan cokelat untuk orang tercinta atau untuk diri sendiri.”

Lalu, seberapa besar kenaikan harga cokelat?

Harga cokelat di Jepang telah naik karena panen biji kakao yang buruk, menyebabkan kekurangan pasokan. Perusahaan riset pasar Intage Inc. meneliti data penjualan dari 6.000 toko, seperti supermarket, di seluruh Jepang. Hasilnya menunjukkan bahwa harga rata-rata satu batang cokelat kurang dari 100 yen (Rp10.000) sebelum pajak pada Januari 2022, tetapi naik sekitar 1,5 kali lipat menjadi sekitar 150 yen (Rp15.000) pada Desember 2024.

Dalam survei terpisah Intage yang dilakukan pada Januari tentang Hari Valentine, hanya 9,2% dari sekitar 2.500 responden wanita yang mengatakan mereka akan mempersiapkan “giri choco.” Perusahaan memperkirakan, “Mengingat kenaikan harga yang terus berlanjut, kami memperkirakan orang tahun ini akan mengatur pengeluaran, seperti dengan mengurangi jumlah ‘giri choco’ yang mereka beli.”

Dengan demikian, budaya “giri choco” yang telah lama menjadi tradisi di Jepang tampaknya semakin tergeser oleh perubahan nilai dan kondisi ekonomi.

Sc ; mainichi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Warga Kitakyushu Demo Lawan Isu Sentimen Negatif tentang Warga Asing di Jepang

16 July 2025 - 14:10 WIB

KBRI Bantah Isu Viral Masuknya Pekerja Indonesia ke Jepang Akan Dihentikan pada 2026

16 July 2025 - 12:10 WIB

Isu Warga Asing dan Bantuan Sosial Jadi Sorotan Jelang Pemilu Jepang

16 July 2025 - 10:10 WIB

Jepang Wajibkan Perusahaan Lindungi Karyawan dari Heatstroke, Bisa Kena Denda dan Penjara

15 July 2025 - 13:10 WIB

Perusahaan Jepang Semakin Banyak Pindahkan Kantor Pusat dari Tokyo ke Prefektur Lain

15 July 2025 - 12:15 WIB

Trending on News