Menu

Dark Mode
Fujii Kaze Umumkan Tur Eropa 2025, Konser Digelar di Berlin, London, Paris, dan Kota Lainnya Mitos vs Fakta: Benarkah Jepang Tidak Ramah untuk Turis yang Tidak Bisa Bahasa Jepang? ‘Oishii’, ‘Umai’, dan ‘Bimi’: 3 Cara Memuji Makanan dalam Bahasa Jepang Omedetou! Youtuber Yuka Furukawa Umumkan Pernikahan dan Kehamilan Mariko Goto dan Go Yoshida Umumkan Perceraian Jepang Hampir Tak Punya Tempat Sampah di Jalan, Kok Bisa Tetap Bersih?

News

Budaya Kasih Coklat ke Rekan Kerja di hari Valentine di Jepang Mulai Pudar, Hanya 10% yang Masih Melakukannya

badge-check


					Budaya Kasih Coklat ke Rekan Kerja  di hari Valentine di Jepang Mulai Pudar, Hanya 10% yang Masih Melakukannya Perbesar

Sebuah survei mengungkapkan bahwa budaya “giri choco” (cokelat wajib) di tempat kerja di Jepang mulai menghilang, dengan hanya sekitar 10% orang yang masih memberikan cokelat kepada rekan kerja dan rekan bisnis pada Hari Valentine. Survei ini dilakukan oleh Nippon Life Insurance Co. pada Januari terhadap sekitar 10.000 orang.

Penerima hadiah cokelat yang paling umum adalah “pasangan” dengan 64,3%, diikuti oleh “anak-anak” dengan 28,0%, angka yang serupa dengan tahun-tahun sebelumnya. Di posisi ketiga, “orang tua” dan “rekan kerja” sama-sama mendapat 12,5%. Namun, angka untuk rekan kerja terus menurun, turun lebih dari 10 poin persentase dari 23,7% pada 2020, Hari Valentine terakhir sebelum pandemi COVID-19.

Bagaimana konsumen memandang pemberian cokelat wajib? Ketika ditanya tentang kebiasaan memberi hadiah kepada rekan kerja dan kenalan bisnis, 70,8% wanita dan 73,6% pria menjawab bahwa hal itu “tidak perlu.”

Naoko Kuga, peneliti senior di NLI Research Institute, menyatakan, “Hadiah untuk orang di tempat kerja semakin berkurang, terutama tahun ini.” Ia mengaitkan tren ini dengan kebiasaan lain yang juga menurun, seperti mengirim kartu ucapan Tahun Baru atau memberikan hadiah seremonial seperti “oseibo” (hadiah akhir tahun), serta dampak kenaikan harga. Kuga juga mencatat adanya “kecenderungan yang lebih kuat untuk memprioritaskan cokelat untuk orang tercinta atau untuk diri sendiri.”

Lalu, seberapa besar kenaikan harga cokelat?

Harga cokelat di Jepang telah naik karena panen biji kakao yang buruk, menyebabkan kekurangan pasokan. Perusahaan riset pasar Intage Inc. meneliti data penjualan dari 6.000 toko, seperti supermarket, di seluruh Jepang. Hasilnya menunjukkan bahwa harga rata-rata satu batang cokelat kurang dari 100 yen (Rp10.000) sebelum pajak pada Januari 2022, tetapi naik sekitar 1,5 kali lipat menjadi sekitar 150 yen (Rp15.000) pada Desember 2024.

Dalam survei terpisah Intage yang dilakukan pada Januari tentang Hari Valentine, hanya 9,2% dari sekitar 2.500 responden wanita yang mengatakan mereka akan mempersiapkan “giri choco.” Perusahaan memperkirakan, “Mengingat kenaikan harga yang terus berlanjut, kami memperkirakan orang tahun ini akan mengatur pengeluaran, seperti dengan mengurangi jumlah ‘giri choco’ yang mereka beli.”

Dengan demikian, budaya “giri choco” yang telah lama menjadi tradisi di Jepang tampaknya semakin tergeser oleh perubahan nilai dan kondisi ekonomi.

Sc ; mainichi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Layanan Shinkansen di Jepang Kembali Normal Setelah Insiden Kereta Terlepas

17 March 2025 - 11:10 WIB

Jumlah Pengunjung Museum Perdamaian Hiroshima Capai 80 Juta Orang

17 March 2025 - 10:10 WIB

Osaka Expo 2025 Hadapi Tantangan Menjelang Pembukaan

15 March 2025 - 15:10 WIB

Upah Pekerja Paruh Waktu di Jepang Naik Rekor 6,53% di Tengah Tren Kenaikan Gaji

15 March 2025 - 12:10 WIB

Jumlah Warga Asing yang Tinggal di Jepang Mencapai Rekor Baru 3,7 Juta, China Paling Banyak

15 March 2025 - 10:10 WIB

Trending on News