Fujitsu sedang memamerkan teknologi yang mampu menganalisis gerakan manusia, yang mereka klaim dapat digunakan untuk membantu melestarikan budaya tradisional di Jepang yang sedang menghadapi penurunan populasi.
Para pengunjung di sebuah pameran dagang dekat Tokyo diberi kesempatan untuk mencoba gerakan dari teater klasik noh. Usaha mereka direkam oleh kamera, dianalisis, dan dibandingkan dengan penampilan model.
Teater noh yang berasal dari abad ke-14 ini melibatkan gerakan yang distilisasi yang dilakukan oleh para aktor yang mengenakan topeng dan kostum yang rumit.
“Sangat lebih mudah dipahami secara visual dibandingkan dijelaskan dengan kata-kata, dan analisisnya berlangsung cepat sehingga membuat saya ingin berlatih lebih banyak,” kata Takashi Ishikawa, seorang guru SMA berusia 46 tahun yang mengunjungi booth Fujitsu.
Teknologi Fujitsu sudah digunakan dalam dunia olahraga dan telah dipakai sebagai alat untuk membantu penilaian senam sejak 2019.
“Dengan menurunnya angka kelahiran dan populasi yang menua di Jepang, jumlah orang yang dapat melanjutkan tradisi dan teknik semakin berkurang,” kata Hidenori Fujiwara, kepala Divisi Human Digital Twin di Fujitsu.
“Kami bertujuan untuk membantu orang belajar dan mengalami gerakan manusia,” ujarnya di pameran elektronik CEATEC yang diadakan di Prefektur Chiba.
Perusahaan ini juga menunjukkan bagaimana teknologi mereka dapat digunakan untuk memvisualisasikan teknik tembakan bola basket pengunjung. Sistem mereka telah digunakan di sekolah pilates di Tokyo sejak Agustus.
Sc : japantoday