Di Jepang, permintaan maaf bukan sekadar soal benar atau salah—tapi adalah seni menjaga harmoni.
Pernah dengar orang Jepang berkata “sumimasen” atau “gomen nasai” meskipun bukan mereka yang salah?
Fenomena ini bukan tanpa alasan. Di balik kata-kata maaf yang sering diucapkan, tersembunyi filosofi budaya yang dalam dan unik.
🙇 1. Maaf sebagai Bentuk Kesopanan, Bukan Pengakuan Salah
Di banyak budaya, meminta maaf bisa berarti mengakui kesalahan. Tapi di Jepang, kata “sumimasen” atau “shitsurei shimashita” bisa digunakan dalam konteks:
-
Mengganggu orang lain (meski sedikit).
-
Minta bantuan.
-
Menerima sesuatu dari orang lain.
-
Lewat di depan orang.
Makanya, kamu bisa dengar orang Jepang minta maaf… bahkan saat kamulah yang menabrak mereka. 😅
🤝 2. Prioritas Harmoni Sosial (Wa 和)
Budaya Jepang sangat menjunjung tinggi konsep “wa”—harmoni sosial.
Daripada memperdebatkan siapa yang salah, lebih baik salah satu (atau bahkan kedua belah pihak) menunjukkan rasa maaf agar situasi tetap damai.
Ini bukan soal kalah-menang, tapi soal memelihara hubungan.
😌 3. Maaf = Ungkapan Empati
Permintaan maaf juga digunakan sebagai cara menunjukkan empati, seperti:
-
“Maaf sudah membuat kamu repot.”
-
“Maaf karena kamu harus menunggu.”
-
“Maaf atas apa yang terjadi, walau saya tidak terlibat langsung.”
Jadi, kata maaf menjadi sarana menunjukkan bahwa kamu peduli pada perasaan orang lain.
🧠 4. Budaya Menghindari Konfrontasi
Orang Jepang cenderung menghindari konflik atau konfrontasi langsung.
Dengan cepat mengatakan “maaf”, mereka bisa:
-
Meredam situasi yang berpotensi panas.
-
Menutup percakapan yang canggung.
-
Menjaga wajah kedua belah pihak.
💬 5. Beragam Ungkapan Maaf dengan Nuansa Berbeda
Tidak semua kata maaf bernuansa sama. Contohnya:
-
Sumimasen (すみません) – maaf yang ringan, bisa juga berarti “permisi” atau “terima kasih”.
-
Gomen nasai (ごめんなさい) – maaf pribadi, lebih akrab.
-
Moushiwake arimasen (申し訳ありません) – maaf formal dan sangat dalam.
-
Shitsurei shimashita (失礼しました) – maaf karena bersikap tidak sopan.
Penggunaan kata tergantung pada situasi, hubungan, dan tingkat kesalahan.
Meminta maaf di Jepang adalah bagian penting dari etika sosial, bukan karena rasa bersalah semata, tapi demi menjaga keseimbangan antarindividu.
Kalau kamu sedang di Jepang dan seseorang tiba-tiba minta maaf, jangan buru-buru bingung—bisa jadi itu cara mereka berkata: “Aku peduli padamu.”