Jumlah uang yang hilang akibat penipuan romansa dan investasi di media sosial di Jepang mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024, dengan jumlah kasus lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data kepolisian yang dirilis pada Kamis.
Para penipu berhasil menggelapkan sekitar 126,8 triliun yen (sekitar Rp13,3 triliun), meningkat 81,3 triliun yen (sekitar Rp8,5 triliun) dari tahun 2023, menurut angka awal yang dirilis oleh Badan Kepolisian Nasional Jepang.
Kasus penipuan investasi melonjak menjadi 6.380, naik 4.109 kasus, sementara penipuan romansa meningkat menjadi 3.784, bertambah 2.209 kasus dibandingkan tahun sebelumnya.
Kasus penipuan khusus, termasuk kejahatan yang melibatkan penipu yang menyamar sebagai penyelidik polisi, mencatat rekor tertinggi dengan kerugian sebesar 72,2 triliun yen (sekitar Rp7,6 triliun), naik 59,4 persen.
Jumlah kasus penipuan khusus meningkat 10,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 20.987 kasus. Dalam sekitar 80 persen kejadian, para korban dihubungi melalui telepon, dengan sebagian besar panggilan berasal dari luar negeri.
Akun bank online digunakan dalam semua kasus penipuan yang terkait dengan media sosial serta sebagian besar kasus penipuan khusus, karena memungkinkan transfer dana dalam jumlah besar dibandingkan ATM. Transaksi online juga lebih sulit dideteksi.
Polisi memperingatkan masyarakat agar waspada terhadap orang-orang yang mendesak mereka untuk membuka atau menggunakan akun bank online. Selain itu, lembaga keuangan diminta untuk memperkenalkan sistem pemantauan guna mendeteksi transaksi yang mencurigakan.
Jumlah total kejahatan yang diselidiki pada tahun 2024, termasuk kasus penipuan, meningkat untuk tahun ketiga berturut-turut, mencapai 737.679 kasus.
Sc : KN